Sinergi Budaya dan Kesehatan dalam Upacara Salama Loko Suku Mbojo NTB

14.17 Anis Dianissa 0 Comments





Tradisi tujuh bulanan bisa ditemui di berbagai daerah di Indonesia dengan beragam cara dan kebiasaan, termasuk pula masih dilestarikan oleh Suku Mbojo, di Bima dan Dompu. Tradisi tujuh bulanan khas Suku Mbojo yang dikenal dengan nama Salama Loko masih tetap dilaksanakan hingga saat ini. Upacara ini digelar saat kandungan seorang ibu yang baru pertama kali mengalami kehamilan memasuki usia tujuh bulan. Upacara ini penuh dengan simbol dan makna. Upacara ini dihajatkan untuk menjaga agar sang ibu bersama calon bayi berada dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani, dengan harapan apabila sang bayi sudah lahir dengan selamat akan menjadi anak yang beriman, bertaqwa, cerdas dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Upacara dilaksanakan pada waktu “Maci Oi Ndeu” (manis air mandi) dalam pengertian pada waktu yang cocok untuk memandikan bayi, yaitu sekitar jam 09.00 yang dihadiri oleh para ibu – ibu dan “Sando Nggana” (dukun beranak). Tapi seiring kemajuan ilmu kesehatan, peranan Sando Nggana sudah mulai berkurang. Pada masa sekarang, upacara ini didampingi oleh bidan dan juga Sando Nggana. Jadi perpaduan antara ilmu tradisional dan modern tetap dilakukan oleh masyarakat Bima-Dompu.


Diawali dengan do’a bersama oleh para ibu memohon kepada Allah SWT agar sang ibu bersama bayi dalam kandungan selalu dalam keadaan sehat. Karena itu upacara ini dinamakan upacara Salama Loko atau Selamatan Perut. Setelah doa bersama, sang calon ibu tidur di atas tujuh lapis kain dengan daun pisang termuda serta kain putih yang baru pertama kali dipakai - kain putih ini harus benar-benar baru bukan kain sisa pakai. Di atas kain putih tersebut, uang receh dalam jumlah yang banyak diletakkan. Sebutir telur dan minyak disiapkan di sisi perut calon ibu. Diawali oleh seorang perempuan sebagai pelaksana utama, lalu diikuti oleh satu per satu wanita yang dituakan atau dihormati di kampung tersebut, mengelus perut calon ibu, dilanjutkan dengan mengelus telur secara merata di perut calon ibu yang diiringi doa masing-masing pengelus. Sembari melafalkan doa dan harapan-harapan akan kebaikan bagi si ibu dan bayinya kelak, para pengelus perut memberi nasehat dan menguatkan hati calon ibu untuk sabar, tenang ketika menjalani masa-masa akhir kehamilan termasuk saat melahirkan kelak. Banyaknya orang yang akan mengelus perut calon ibu ini biasanya ganjil, tujuh atau sembilan orang.

Usai prosesi mengolesi minyak, calon ibu akan menyebar uang receh yang sudah disiapkan dalam berbagai pecahan. Uang tersebut akan ditebar pada para tamu yang hadir dan rata-rata adalah perempuan. Inilah saat yang paling dinanti dalam hajatan Salama Loko. Berebut uang receh dari calon ibu. Aksi saling dorong dan hiruk pikuk keramaian akan terdengar saat ini. Prosesi ini merupakan simbol bersedekah dan berbagai kelebihan rezeki. Bukan nilai atau jumlahnya yang direbut tamu, melainkan karena uang receh tersebut dianggap dan dipercaya memiliki berkah tersendiri bagi yang mendapatkan.

Usai melemparkan receh kepada para undangan, calon ibu kemudian dimandikan dengan air kembang dan air kelapa sebagai perlambang mensucikan calon ibu agar diberi kemudahan melahirkan kelak. Calon ibu juga diminta berkaca sembari menyisir rambutnya sebagai simbol bahwa wanita ini telah siap menjadi ibu dan menerima sang bayi lahir ke dunia, dengan wajah yang berseri karena bahagia. Dalam prosesi mandi air kelapa yang sudah dibelah dua oleh pelaksana Salama Loko, Kemudian dibuang ke belakang oleh calon ibu. Konon, jika tempurung kelapa menghadap ke atas, diramalkan kelak bayinya akan berjenis kelamin perempuan dan jika tempurung kelapa tersebut jatuh tertelungkup, kelak bayinya berjenis kelamin laki-laki. Prosesi terakhir sebagai penutup seluruh rangkaian acara adalah saat seutas benang putih melingkar, disusupkan keseluruh tubuh calon ibu dari atas kepala hingga ujung kaki. Ini sebagai simbol sekaligus mengingatkan bahwa manusia itu sewaktu-waktu dapat saja kembali pada Sang Pecipta. Jadi, siapa pun orangnya, sudah harus siap menerimanya, kapanpun ia datang.

Setelah acara inti Salama Loko berakhir, dilanjutkan dengan doa lalu makan makan rujak bersama. Sebelumnya, jika pada kegiatan selamatan lainnya, masyarakat akan bergotong royong memasak untuk kebutuhan konsumsi acara, maka di acara Salama Loko, para ibu sibuk mengolah rujak sebagai panganan bagi para tamu. Rujak atau biasa disebut mangonco terbuat dari berbagai macam buah-buahan. Mangonco adalah rujak khas suku Mbojo yang terdiri dari berbagai jenis buah-buahan seperti kawista, jeruk bali, pepaya, salak, mangga, jambu biji, dan sebagainya, kemudian dicampurkan dengan bumbu asam dan gula merah. Ditinjau dari segi gizi dan kesehatan, buah-buahan yang digunakan dalam mangonco ternyata mengandung vitamin dan mineral yang sangat baik untuk ibu hamil. Manfaat buah-buahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kawista, jambu biji dan jeruk bali sebagai sumber vitamin C

Jeruk merupakan sumber vitamin C via pixabay.com

Kawista (Limonia acidissima), jambu biji (Psidium guajava) dan jeruk bali (Citrus grandis) mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Vitamin C memiliki efek enhancer (peningkatan) terhadap penyerapan zat besi. Zat besi (Fe) merupakan salah satu zat gizi mikro yang sangat penting pada masa kehamilan karena berfungsi untuk mengantarkan oksigen di seluruh tubuh, termasuk janin. Selain itu, buah-buahan yang kaya akan vitamin C akan membantu ibu hamil dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan stabil

Pepaya dan Mangga sebagai Sumber Vitamin A

Pepaya sumber vitamin A via pixabay.com
Pepaya (Carica papaya L.) dan mangga (Mangifera indica) mengandung vitamin A yang sangat tinggi. Vitamin A yang terdapat dalam buah pepaya dan mangga sangat bermanfaat dalam proses pembentukan organ penglihatan bayi. Hal ini juga akan menjadikan calon bayi memiliki mata yang sehat.

Salak sebagai Sumber Kalsium

Salak mengandung kalsium via pixabay.com

Selain mengandung vitamin C, salak juga mengandung kalsium yang baik bagi ibu hamil dan janin. Konsumsi makanan sumber kalsium pada masa kehamilan dibutuhkan untuk membentuk jaringan kerangka tulang pada janin. Kalsium juga dibutuhkan oleh ibu hamil untuk mempersiapkan tubuh dalam kelahiran. Selain itu, buah salak juga penting untuk membantu ibu hamil agar memiliki stamina yang sehat dan kuat.

Budaya Salama Loko dan konsumsi mangonco merupakan bentuk kearifan lokal dalam bidang kesehatan, sehingga patut dilestarikan dan terus dijaga kebermanfaatannya bagi masyarakat.

SUMBER :
  1. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  2. http://humasntb.blogspot.co.id/2015/06/budaya-mbojo-kiri-loko.html
  3. https://alanmalingi.wordpress.com/2011/10/24/makna-hidup-dalam-upacara-kiri-loko/
  4. Naniek I. Taufan. 2011. Tradisi dalam Siklus Hidup Masyarakat Sasak, Samawa dan Mbojo. Museum Kebudayaan Samparaja Bima. Bima.








0 komentar: